Powered By Blogger

27 Apr 2011

Asuhan Keperawatan Kolesistitis

Pengertian
Kolesistitis adalah peradangan kandung empedu baik secara akut maupun kronis

Anatomi
Kandung empedu (Vesica fellea) adalah kantong berbentuk buah pear yang terletak pada permukaan visceral hepar, panjangnya sekitar 7 – 10 cm. Kapasitasnya sekitar 30-50 cc dan dalam keadaan terobstruksi dapat menggembung sampai 300 cc. Vesica fellea dibagi menjadi fundus, corpus dan collum. Fundus berbentuk bulat dan biasanya menonjol dibawah pinggir inferior hepar yang dimana fundus berhubungan dengan dinding anterior abdomen setinggi ujung rawan costa IX kanan. Corpus bersentuhan dengan permukaan visceral hati dan arahnya keatas, belakang dan kiri. Collum dilanjutkan sebagai duktus cysticus yang berjalan dalam omentum minus untuk bersatu dengan sisi kanan ductus hepaticus comunis membentuk duktus koledokus. Peritoneum mengelilingi fundus vesica fellea dengan sempurna menghubungkan corpus dan collum dengan permukaan visceral hati.
Pembuluh arteri kandung empedu adalah arteri cystica, cabang arteri hepatica kanan. Vena cystica mengalirkan darah lengsung kedalam vena porta. Sejumlah arteri yang sangat kecil dan vena – vena juga berjalan antara hati dan kandung empedu.
Pembuluh limfe berjalan menuju ke nodi lymphatici cysticae yang terletak dekat collum vesica fellea. Dari sini, pembuluh limfe berjalan melalui nodi lymphatici hepaticum sepanjang perjalanan arteri hepatica menuju ke nodi lymphatici coeliacus. Saraf yang menuju kekandung empedu berasal dari plexus coeliacus.
Gambar 2: Anatomi vesica fellea dan organ sekitarnya.


Fisiologi Saluran Empedu
Vesica fellea berperan sebagai resevoir empedu dengan kapasitas sekitar 50 ml. Vesica fellea mempunya kemampuan memekatkan empedu. Dan untuk membantu proses ini, mukosanya mempunyai lipatan-lipatan permanen yang satu sama lain saling berhubungan. Sehingga permukaanya tampak seperti sarang tawon. Sel- sel thorak yang membatasinya juga mempunyai banyak mikrovilli.
Empedu dibentuk oleh sel-sel hati ditampung di dalam kanalikuli. Kemudian disalurkan ke duktus biliaris terminalis yang terletak di dalam septum interlobaris. Saluran ini kemudian keluar dari hati sebagai duktus hepatikus kanan dan kiri. Kemudian keduanya membentuk duktus biliaris komunis. Pada saluran ini sebelum mencapai doudenum terdapat cabang ke kandung empedu yaitu duktus sistikus yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan empedu sebelum disalurkan ke duodenum.

Etiologi
a. Obstruksi duktus sistikus dengan distensi dan iskemia vesika bilaris. Sumbatan batu empedu pada duktus sistikus menyebabkan distensi kandung empedu dan gangguam aliran darah dan limfe, bakteri komensal kamudian berkembang biak
b. Cedera kimia (empedu) dan atau mekanik (batu empedu) pada mukosa
c. Infeksi bakteri, adanya kuman seperti E. Coli, salmonela typhosa, cacing askaris, atau karena pengaruh enzim – enzim pankreas.

Patofisiologi
Stasis empedu dalam kandung empedu dapat mengakibatkan supersaturasi progresif, perubahan susunan kimia, pengendapan. Gangguan kontraksi sfingter odci dan kandung empedu dapat juga menyebabkan statis. Faktor hormon (kehamilan) menyebabkan pengosongan kandung empedu. Akibat satis, terjadilah sumbatan empedu (saluran). Adanya batu akibat statis yang progresif tadi memungkinkan terjadi trauma dinding kandung empedu, hal ini dapat memungkinkan infeksi bakteri lebih cepat

Jenis kolesistitis
a. Kolesistitis Akut
Merupakan reaksi inflamasi akut dinding kandung empedu. Umumnya pada wanita, gemuk dan berusia diatas 40 tahun
Etiologi :
Umumnya kolesistitis disebabkan oleh batu empedu. Sumbatan batu empedu pada duktus sistikus menyebabkan distensi kandung empedu dan gangguan aliran darah darah dan limfe, bakteri komensal kemudian berkembang biak. Penyebab lain adalah kuman E. Coli, salmonella typhosa, cacing askaris, atau karena pengaruh enzim – enzim pankreas
Mekanisme klinis :
1) Gangguan pencernaan, mual muntah
2) Nyeri perut kanan atas atau kadang tidak enak diepigastrium
3) Nyeri menjalar kebahu atau skapula
4) Demam dan ikterus (bila terdapat batu diduktus koledokus sistikus)
5) Gejala nyeri perut bertambah bila makan banyak lemak
6) Diam karena menahan nyeri
Pemeriksaan fisik :
Pasien tampak sakit akut, nyeri lokal dandefans muskular,demam, takikardi, kandung empedu membengkak, nyeri tekan disertai tanda – tanda peritonitis lokal, teraba vesika biliaris pada sepertiga pasien.
Pemeriksaan penunjang :
1) Leukositosis ringan
2) Bilirubin serum meningkat 4 mg/100 ml
3) Fosfatase alkali dan serum transaminase meningkat
4) Foto polos radiologi : kadang terlihat batu empedu
5) Koleskintigrafi radionuklida (Scan Tc – HIDA) : memperlihatkan obstruksi duktus sistikus
6) ERCP atau PTC : untuk menyingkirkan atau mengkonfirmasi adanya abstruksi duktus sistikus
Penatalaksanaan :
1) Konservatif pada keadaan akut
• Hidrasi intravena
• Istirahat baring
• Mendekompresi lambung bila ada ileus puasa, intubasi nasogaster mencegah rangsangan vesika biliaris bersamaan dengan analgesia parenteral
• Antibiotika : sefalosporin generasi kedua, kombinasi aminoglikosida, ampisilin dan klindamisin atau metronidazol
2) Koleksistektomi 4 sampai 6 minggu kemudian
Komplikasi :
1) Septikemia
2) Pembentukan abses di dalam lumen vesika biliaris
3) Nekrosis dengan perforasi lokal (abses perikolesistik)
4) Fistulisasi ke organ berongga lain : duodenum, lambung atau kolon
5) Peritonitis empedu
6) Kolesistitis emfisematosa : proses peradangan akut yang melibatkan organisme virulen pembentuk gas
7) Empisema vesika biliaris : berlanjut supurasi (banyak pus dalam vesika biliaris)
Perforasi vesika biliaris : perforasi dalam daerah ganggren likalisata

b. Kolesistitis kronik
Suatu keadaan dimana mukosa dan jaringan otot polos kandung empedu diganti dengan jaringan ikat, sehingga kemampuan memekatkan empedu hilang.
Etiologi
a. Serangan berulang obstruksi duktus sistikus
b. Nekrosis / iritasi tekanan, ulserasi dan peradangan reaksi lokal
c. Invasi bakteri primer : E Coli, Klebsiella, Enterokokus dan Salmonela
Manifestasi klinis
a. kolik bilier : nyeri parah, berkualitas menetap, biasanya dalam kuadran kanan atas atau epigastrium dialihkan ke skapula kanan
b. mual dan muntah
c. Nyeri biasanya pada malam hari
d. Kolik bilier timbul penekanan makanan berlemak
e. Dispepsia, salah cerna, kembung dan bersendawa
Penatalaksanaan
a. menghindari makanan yang digoreng dan berlemak
b. Kolesistektomi
Komplikasi
a. Infeksi llluka
b. Abses intra abdomen
c. Peritonitis empedu, cedera duktuis bilier besar ke penyediaan darah hati

Asuhan keperawatan

Pengkajian
a. Aktivitas dan istirahat
S : kelemahan
O : kelelahan
b. Sirkulasi
Takikardi, Diaphoresis
c. Eliminasi
S : perubahan warna unrine dan feses,
O : distensi abdomen, teraba masa di abdomen atas / quadran kanan atas, urine pekat
d. Makan / minum
S : anoreksia, nausea /vomiting, tidak ada troleransi makan lunak yang mengandung gas, regurgitas ulang, eruption, flatunasi, rasa seperti terbakar pada epugastrik, ada peristaltik, kembung dan dispepsia
O : kegemukan, kehilangan berat badan (kurus)
e. Nyeri / kenyamanan
S : nyeri abdomen menjalar ke punggung sampai ke bahu,nyeri epigastrium setelah makan, nyeri tiba-tiba dan mencapai puncak setelah 30 menit
O :cenderung teraba lembut pada kolelitiasis, teraba otot meregang / kaku, hal ini
dilakukan pada pmeriksaan RUQdan menunjukkan tanda marfin (+)
f. Respirasi
Pernapasan panjang / pendek, nafas dangkal,rasa tak nyaman
g. Keamanan
Demam menggigil, jundice, kulit kering dan pruritus, cenderung perdarahan (defisiensi vit K)
h. Pengetahuan
Pada keluarga dan pada kehamilan cenderung mengalami batu kandung empedu. Juga pada riwayat DM dan gangguan / peradangan pada saluran cerna bagian bawah




Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul
1. Nyeri akut berhubungan dengan obstruksi / spasmeduktus, proses inflamasi, iskemia jaringan / nekrisis
2. Kekurangan volume cairan (resiko tinggi terhadap) berhubungan dengan muntah, distensi dan hipermotilitas gaster, gangguan proses pembekuan
3. Resiko tinggi perubahan nutrisi (kurang dari kebutuhan) berhubungan dengan gangguan pencernaan lemak, mual muntah, dispepsia, nyeri
4. Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosa, pengobatan berhubungan dengan salah interpretasi informasi

Intervensi Rasional
1. Nyeri akut berhubungan dengan obstruksi / spasmeduktus, proses inflamasi, iskemia jaringan / nekrisis
Tujuan : Nyeri terkontrol, teradaptasi
Kriteria hasil :
- penurunan respon terhadap nyeri (ekspresi)
- laporan nyeri terkontrol
Rencana intervensi :
1. observasi catat lokasi, tingkat dan karakter nyeri
R/ membantu mengidentifikasi nyeri dan memberi informasi tentang terjadinya perkembangannya
2. catat respon terhadap obat nyeri
R/ nyeri berat yang tidak hilang dengan tindakan rutin dapat menunjukkan terjadinya komplikasi
3. Tingkatkan tirah baring (fowler) / posisi yang nyaman
R/ posisi fowler menurunkan tekanan-tekanan intra abdominal
4. Ajarkan teknik relaksasi (nafas dalam)
R/ meningkatkan istirahat dan koping
5. Ciptakan lingkungan yang nyaman (turunkan suhu ruangan)
R/ mendukung mental psikologik dalam persepsi tentang nyeri
6. Kompres hangat
R/ dilatasi dingin empedu spasme menurun
7. Kolaborasi
- Antibiotik
- Analgetik
- Sedatif
- Relaksasi otot halus
2. Kekurangan volume cairan (resiko tinggi terhadap) berhubungan dengan muntah, distensi dan hipermotilitas gaster, gangguan proses pembekuan
Tujuan : Menunjukkan keseimbangan cairan yang adekuat
Kriteria hasil :
- Turgor kulit yang baik
- Membran mukosa lembab
- Pengisian kapiler baik
- Urine cukup
- TTV stabil
- Tidak ada muntah
Rencana intervensi :
1. Pertahankan intakke dan output cairan
R/ mempertahankan volume sirkulasi
2. Awasi tanda rangsangan muntah
R/ muntah berkepanjangan, aspirasi gaster dan pembatasan pemasukan oral menimbulkan degfisit natrium, kalium dan klorida
3. Anjurkan cukup minum (1 botol aqua 1500 ml/hr)
R/ mempertahankan keseimbangan cairan dalam tubuh
4. Kolaborasi :
- Pemberian antiemetik
- Pemberian cairan IV
- Pemasangan NGT

3. Resiko tinggi perubahan nutrisi (kurang dari kebutuhan) berhubungan dengan gangguan pencernaan lemak, mual muntah, dispepsia, nyeri
Tujuan : Menunjukkan kestabilan BB
Krieteria hasil : BB stabil, laporan tidak mual muntah
Rencana intervensi :
1. Kaji perkiraan kebutuhan kalori tubuh
R/ mengidentifikasi jumlah intake kalori yang diperlukan tiap hari
2. Timbang BB sesuai indikasi
R/ mengawali keseimbangan diet
3. Diskusi menu yang disukai dan ditoleransi
R/ meningkatkan toleransi intake makanan
4. Anjurkan gosok gigi sebelum atau sesudah makan
R/ menjaga kebersihan mulut agar tidak bau dan meningkatkan nafsu makan
5. Konsultasi pada ahli gizi untuk menetapkan diit yang tepat
R/ berguna dalam membuat kebutuhan nutrisi individual melalui rute yang paling tepat
6. Anjurkan mengurangi makan na berlemak dan menghasilkan gas
R/ pembatasan lemak menurunkan rangsangan pada kandung empedu dan nyeri
7. Berikan diit rendah lemak
R/ mencegah mual dan spasme
8. Kaji distensi abdomen, berhati-hati, menolak gerak
R/ menunjukkan ketidaknyamanan berhubungan dengan gangguan pencernaan, nyeri gas
9. Ambulasi dan tingkatkan aktivitas sesuai toleransi
R/ membantu dalam mengeluarkan flatus, penurunan distensi abdomen
10. Kolaborasi :
- nutrisi total
- garam empedu

4. Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosa, pengobatan berhubungan dengan salah interpretasi informasi
Tujuan : menyatakan pemahaman klien
Kriteria hasil : Melakukan perubahan pola hidup dan berpartisipasi dalam pengobatan
Rencana intervensi :
1. Kaji informasi yang pernah didapat
R/ mengkaji tingkat pemahaman klien
2. Beri penjelasn tentang penyakit, prognosa, dan tindakan diagnostik
R/ memungkinkan terjadinya partisipasi aktif
3. Beritahukan diit yang tepat, teknik relaksasi, untuk persiapan operasi
4. Anjurkan teknik istirahat yang harus dilaporkan tentang penyakitnya
5. Anjurkan untuk menghindari makanan atau minuman tinggi lemak
R/ mencegah / membatasi terulangnya serangan kandung empedu
6. Diskusikan program penurunan berat badan
R/ kegemukan adalah faktor resiko terjadinya colesistitis
7. Kaji ulang program obat, kemungkinan efek samping
R/ batu empedu sering berulang, perlu terapi jangka panjang


Daftar Pustaka
Sumber: Http://www.catatanperawat.byethost15.com/asuhan-keperawatan/asuhan-keperawatan-cholecistit

Tidak ada komentar:

Posting Komentar