Powered By Blogger

28 Apr 2011

Asuhan Keperawatan Myocarditis

Myokarditis
A. Pengertian
Myocardium lapisan medial dinding jantung yang terdiri atas jaringan otot jantung yang sangat khusus (Brooker, 2001). Myocarditis adalah peradangan pada otot jantung atau miokardium. pada umumnya disebabkan oleh penyakit-penyakit infeksi, tetapi dapat sebagai akibat reaksi alergi terhadap obat-obatan dan efek toxin bahan-bahan kimia dan radiasi (FKUI, 1996). Myocarditis adalah peradangan dinding otot jantung yang disebabkan oleh infeksi atau penyebab lain sampai yang tidak diketahui (idiopatik) (Dorland, 2002).Miokarditis adalah inflamasi fokal atau menyebar dari otot jantung (miokardium) (Doenges, 1999). Indrus Alwi dalam Buku Ilmu Penyakit Dalam,2009 menyatakan miokarditis adalah penyakit inflamasi pada miokard yang bisa disebabkan karena infeksi akut atau respon autoimun pasca infeksi viral.
Pada sebagian besar, miokarditis tidak dapat diduga karena disfungsi jantung bersifat subklinis, asimtomatik dan sembuh sendiri (self limited) oleh karena miokarditis asimtomatik, maka data epidemiologi yang ada berasal dari penelitian pasca mortem. Pada pemeriksaan pasca mortem miokarditis ditemukan sekitar 1-9%, sehingga diduga miokarditis adalah penyebab utama kematian.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa myocarditis adalah peradangan/inflamasi otot jantung oleh berbagai penyebab terutama agen-agen infeksi yang dapat berakibat fatal bagi si penderita.

B. Etiologi
Miokarditis dapat disebabkan infeksi, reaksi alergi dan reaksi toksik.
1. Infeksi, hampir semua penyakit infeksi dapat menyebabkan miokarditis.
a. Infeksi bakterial  streptokokus, stafillococcus, meningococcus, hemofilus, salmonelosis.
b. Infeksi spiroketa  sifilis, leptospirosis,.
c. Infeksi jamur  aspergilosis, kandidiasis, kriptokokosis.
d. Infeksi parasit  sistiserkosis, tenia, toksoplamosis,
e. Infeksi virus  rabies, HIV, varicella, mumps, hepatitis, Cytomegali virus, dll
f. Infeksi rickettsia : scrub typus, rocky mountain spotted fever.
2. Reaksi alergi, berupa respon hipersensitivitas yang disebabkan obat-obatan:
a. Antibiotik
b. Sulfonamid
c. Anti kolvusan
d. Antiinflamasi
e. Diuretik
f. Vaksin
3. Reaksi toksin karena bahan-bahan tertentu seperti :
a. Bahan-bahan kimia : arsenik, timah
b. Anti neoplastik (anterferon alfa, anterleukin-2, siklofosfamid)
c. Bisa ular, laba-laba, kalajengking)
d. Radiasi, kokain.
C. Patofisiologi

Kerusakan miokard oleh kuman-kuman infeksius ini dapat melalui tiga mekanisme dasar:
1. Invasi langsung ke miokard.
2. Proses imunologis terhadap miokard.
3. Mengeluarkan toksin yang merusak miokard.

Proses miokarditis viral ada 2 tahap:
- Fase akut berlangsung kira-kira satu minggu, dimana terjadi invasi virus ke miokard, replikasi virus dan lisis sel. Kemudian terbentuk neutralizing antibody dan virus akan dibersihkan atau dikurangi jumlahnya dengan bantuan makrofag dan natural killer cell (sel NK).
- Pada fase berikutnya miokard diinfiltrasi oleh sel-sel radang dan system immune akan diaktifkan antara lain dengan terbentuknya antibody terhadap miokard, akibat perubahan permukaan sel yang terpajan oleh virus. Fase ini berlangsung beberapa minggu sampai beberapa bulan dan diikuti kerusakan miokard dari yang minimal sampai yang berat (FKUI, 1996).
Perjalanan penyakit
D. Tanda dan gejala
1. Letih.
2. Napas pendek.
3. Detak jantung tidak teratur
4. Demam.
5. Gejala-gejala lain karena gangguan yang mendasarinya
(Griffith, 1994)
6. Menggigil
7. Demam
8. Anoreksia.
9. Nyeri dada.
10. Dispnea dan disritmia.
11. Tamponade ferikardial/kompresi (pada efusi perikardial)
(DEPKES, 1993).
12. Nyeri otot
13. Nyeri sendi
14. Malaise(kurang enak badan)
15. Syok kardiogenik.
(PDSPD,2009)
E. Klasifikasi
Bedasarkan gejala klinis dan boipsi endomiokardinal, miokarditis dapat dibagi atas :
1. Miokarditis akut
Biasanya orang-orang muda (umur sekitar 20-an), lebih banyak laki-laki dan pada umumnya didahului oleh riwayat infeksi virus. Perjalanan penyakit berlangsung kira-kira 8 minggu dan bagi yang mengalami payah jantung kongestif sebagian pasien akan meninggal atau mengalami perbaikan dan sembuh sempurna sesudah 6 bulan.
2. Rapidly progressive myokarditis
Terdapat pada orang-orang yang lebih tua (sekitar 35-an), juga lebih sering laki-laki, dengan gejala utama payah jantung kongestif yang progresif, aritmia teritama ventrikular. Berbeda dengan miokarditis akut, disini perjalanan penyakitnya berlangsung berbulan-bulan sampai bertahun-tahun dengan periode –periode kompensasi diselingi periode-periode payah jantung refrakter yang memerlukan perawatan. Kematian terjadi setelah 6 bulan dan sebagian besar akan meninggal setelah 3 tahun menderita.
3. Miokarditis kronik
Terdapat pada umur 30-an dan kebanyakan wanita. Perjalanan penyakitnya dimulai dengan episode payah jantung yang disusul dengan perbaikan klinis dengan disfungsi jantung yang tersisa.
F. Komplikasi
1. Kardiomiopati kongestif/dilated.
2. Payah jantung kongestif
3. Efusi perikardial.
4. AV block total.
5. Trombi Kardiac (FKUI, 1996).
G. Pengobatan
1. Semua pasien dengan miokarditis akut sebaiknya dirawat untuk diobservasi.
2. Dianjurkan tirah baring untuk pembatasan aktifitas.
3. Pengobatan biasanya suportif dan ditujukan pada penyakit infeksi sistemik.
4. Terapi spesifik dapat diberikan antibodi atau kemoterapeutik yang sesuai dngan penyebabnya.
5. Aritmia diobati dengan anti aritmia. Kadang-kadang diperlukan pemasangan pacu jantung.
6. Anti imflamasi nonsteroid, salisilat, ibuprofen, dan indometasin merupakan kontraindikasi pada fase akut (2 minggu pertama), tetapi cukup aman bila di kosumsi pada fase-dase lanjut. (FKUI,1996).


H. Prognosis :
1. Sebagian cepat sembuh cepat, kadang jadi kronis.
2. Prognosis buruk bila :
a. Umur muda, sering mati mendadak
b. Bentuk akut fulminan karena virus atau difteri
c. Miokarditis yang sangat progresif
d. Bentuk kronis yang berlanjut menjadi kardiomiopati
e. Penyakit chaga.
I. Faktor resiko
Penyakit ini dapat menyerang semua golongan umur. Ada yang menduga miokarditis terjadi 5-15% dari pasien dengan penyakit infeksi.(FKUI,1996). Demam reumatik sebagai penyebab miokarditis sering terdapat di negara-negara berkembang.
Faktor predisposisi diawali dengan penyakit-penyakit kelainan jantung dapat berupa penyakit jantung rematik, penyakit jantung bawaan, katub jantung prostetik, penyakit jantung sklerotik, prolaps katub mitral, post operasi jantung, miokardiopati hipertrof obstruksi.

J. Pemeriksaan Diagnostik
1. Laboratorium
o Leukositosis dengan polimorfunuklear atau limfosit dominan
o Laju endap darah biasanya meningkat.
o LDH, enzim jantung kreatin kinase atau laktat dehidrogenase dapat meningkat tergantung luasnya nekrosis miokard.
o Pengkatan ASTO dapat menunjukan adanya infeksi streptokokus.
2. Elektrokardiografi (EKG)
EKG hampir selalu abnormal pada pasien miokarditis. EKG paling sering menunjukan sinur takikardia. Lebih khas adalah perubahan ST-T. Dapat ditemukan perlambatan interval QTc, voltase rendah , dan bahkan pola infark miokard akut. Aritmia jantung juga sering ditemukan termasuk blok jantung total, takikardia ventrikular dan aritmia supravebtrikular terutama dengan adanya gagal jantung kongestif atau inflamasi perikard.
3. Ekokardiografi
Ekokardiografi dapat menunjukan disfungsi sistolik ventrikel kiri pada pasien dengan dimensi vebtrikel kiri yang berukuran normal. Trombus vebtrikel terdeteksi sekitar 15 persen. Gambaran ekokardiografi pada miokarditis aktif dapat meniru restriktif, hipertropik, atau kardiomiopati dilatasi.
4. Radionuclide Scanning dan Magnetic Resonance Imaging.
5. Biopsi Endomiokardial

K. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara menyeluruh (Boedihartono, 1994 : 10). Pengkajian pasien myocarditis (Marilynn E. Doenges, 1999) meliputi :
1. Aktivitas / istirahat
Gejala : kelelahan, kelemahan.
Tanda : takikardia, penurunan tekanan darah, dispnea dengan aktivitas.
2. Sirkulasi
Gejala : riwayat demam rematik, penyakit jantung congenital, bedah jantung, palpitasi, jatuh pingsan.
Tanda : takikardia, disritmia, perpindaha titik impuls maksimal, kardiomegali, frivtion rub, murmur, irama gallop (S3 dan S4), edema, DVJ, petekie, hemoragi splinter, nodus osler, lesi Janeway.
3. Eliminasi
Gejala : riwayat penyakit ginjal/gagal ginjal ; penurunan frekuensi/jumlsh urine.
Tanda : urin pekat gelap.
4. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala : nyeri pada dada anterior (sedang sampai berat/tajam) diperberat oleh inspirasi, batuk, gerakkan menelan, berbaring
Tanda : perilaku distraksi, misalnya gelisah.
5. Pernapasan
Gejala : napas pendek ; napas pendek kronis memburuk pada malam hari (miokarditis)
Tanda : dispnea, DNP (dispnea nocturnal paroxismal) ; batuk, inspirasi mengi ; takipnea, krekels, dan ronkhi ; pernapasan dangkal
6. Keamanan
Gejala : riwayat infeksi virus, bakteri, jamur (miokarditis ; trauma dada ; penyakit keganasan/iradiasi thorakal ; dalam penanganan gigi ; pemeriksaan endoskopik terhadap sitem GI/GU), penurunan system immune, SLE atau penyakit kolagen lainnya
Tanda : demam.
7. Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala : terapi intravena jangka panjang atau pengguanaan kateter indwelling atau penyalahgunaan obat parenteral

L. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien yang nyata maupun potensial berdasarkan data yang telah dikumpulkan (Boedihartono, 1994 : 17).
Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan myocarditis (Doenges, 1999) adalah :
1. Nyeri berhubungan dengan inflamasi miokardium, efek-efek sistemik dari infeksi, iskemia jaringan.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan inflamasi dan degenerasi sel-sel otot miokard, penurunan curah jantung.
3. Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan degenerasi otot jantung, penurunan/kontriksi fungsi ventrikel.
4. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi, rencana pengobatan berhubungan dengan kurang pengetahuan/daya ingat, mis- intepretasi informasi, keterbatasan kognitif, menyangkal diagnosa.
M. Rencana Intervensi dan Implementasi
Intervensi adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan (Boedihartono, 1994:20). Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan (Effendi, 1995:40). Intervensi dan implementasi keperawatan yang muncul pada pasien dengan myocarditis (Doenges, 1999).

1. Nyeri
 Tujuan : nyeri hilang atau terkontrol.
 Kriteria Hasil :
- Nyeri berkurang atau hilang
- Klien tampak tenang.
 Intervensi dan Implementasi :
o Selidiki keluhan nyeri dada, perhatikan awitan dan faktor pemberat atau penurun. Perhatikan petunjuk nonverbal dari ketidaknyamanan, misalnya ; berbaring dengan diam/gelisah, tegangan otot, menangis.
R : pada nyeri ini memburuk pada inspirasi dalam, gerakkan atau berbaring dan hilang dengan duduk tegak/membungkuk.
o Berikan lingkungan yang tenang dan tindakan kenyamanan misalnya ; perubahan posisi, gosokkan punggung, penggunaan kompres hangat/dingin, dukungan emosional.
R : tindakan ini dapat menurunkan ketidaknyamanan fisik dan emosional pasien.
o Berikan aktivitas hiburan yang tepat.
R : mengarahkan kembali perhatian, memberikan distraksi dalam tingkat aktivitas individu.
o Kolaborasi pemberian obat-obatan sesuai indikasi (agen nonsteroid : aspirin, indocin ; antipiretik ; steroid)
R : dapat menghilangkan nyeri, menurunkan respons inflamasi, menurunkan demam ; steroid diberikan untuk gejala yang lebih berat.
o Kolaborasi pemberian oksigen suplemen sesuai indikasi
R : memaksimalkan ketersediaan oksigen untuk menurunkan beban kerja jantung

2. Intoleransi aktivitas
 Tujuan : pasien memiliki cukup energi untuk beraktivitas
 Kriteria hasil : - perilaku menampakan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan diri.
- pasien mengungkapkan mampu untuk melakukan beberapa aktivitas tanpa dibantu.
- Koordinasi otot, tulang dan anggota gerak lainya baik.
 Intervensi dan Implementasi :
o Kaji respons pasien terhadap aktivitas. Perhatikan adanya perubahan dan keluhan kelemahan, keletiahan, dan dispnea berkenaan dengan aktivitas.
R : miokarditis menyebabkan inflamasi dan kemungkinan kerusakan fungsi sel-sel miokardial.
o Pantau frekuensi/irama jantung, TD, dan frekuensi pernapasan sebelum dan setelah aktivitas dan selama diperlukan.
R : membantu menentukan derajat dekompensasi jantung dan pulmonal. Penurunan TD, takikardia, disritmia, dan takipnea adalah indikatif dari kerusakan toleransi jantung terhadap aktivitas.
o Pertahankan tirah baring selama periode demam dan sesuai indikasi.
R : meningkatkan resolusi inflamasi selama fase akut.
o Rencanakan perawatan dengan periode istirahat/tidur tanpa gangguan.
R : memberikan keseimbangan dalam kebutuhan dimana aktivitas bertumpu pada jantung.
o Bantu pasien dalam program latihan progresif bertahap sesegera mungkin untuk turun dari tempat tidur, mencatat respons tanda vital dan toleransi pasien pada peningkatan aktivitas.
R : saat inflamasi/kondisi dasar teratasi, pasien mungkin mampu melakukan aktivitas yang diinginkan, kecuali kerusakan miokard permanen/terjadi komplikasi.
o kolaborasi pemberian oksigen suplemen sesuai indikasi.
R : memaksimalkan ketersediaan oksigen untuk menurunkan beban kerja jantung

3. Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung
 Tujuan : mengidentifikasi perilaku untuk menurunkan beban kerja jantung.
 Kriteria Hasil : - melaporkan/menunjukkan penurunan periode dispnea, angina, dan disritmia.
- memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil.
 Intervensi dan Implementasi :
o Pantau frekuensi/irama jantung, TD, dan frekuensi pernapasan sebelum dan setelah aktivitas dan selama diperlukan.
R : membantu menentukan derajat dekompensasi jantung dan pulmonal. Penurunan TD, takikardia, disritmia, dan takipnea adalah indikatif dari kerusakan toleransi jantung terhadap aktivitas.
o Pertahankan tirah baring dalam posisi semi-Fowler.
R : menurunkan beban kerja jantung, memaksimalkan curah jantung.
o Auskultasi bunyi jantung. Perhatikan jarak/muffled tonus jantung, murmur, gallop S3 dan S4.
R : memberikan deteksi dini dari terjadinya komplikasi misalnya : GJK, tamponade jantung.
o Berikan tindakan kenyamanan misalnya ; perubahan posisi, gosokkan punggung, dan aktivitas hiburan dalam tolerransi jantung.
R : meningkatkan relaksasi dan mengarahkan kembali perhatian

4. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar)
 Tujuan : menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan regimen pengobatan.
 Kriteria hasil : - mengidentifikasi efek samping obat dan kemungkinan komplikasi yang perlu diperhatikan.
- memperlihatan perubahan perilaku untuk mencegah komplikasi..
 Intervensi dan Implementasi :
o Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar termasuk orang terdekat.
R : Perasaan sejahtera yang sudah lama dinikmati mempengaruhi minat pasien/orang terdekat untuk mempelajari penyakit.
o Jelaskan efek inflamasi pada jantung, secara individual pada pasien. Ajarakkn untuk memperhatikan gejala sehubungan dengan komplikasi/berulangnya dan gejala yang dilaporkan dengan segera pada pemberi perawatan, contoh ; demam, peningkatan nyeri dada yang tak biasanya, peningkatan berat badan, peningkatan toleransi terhadap aktivitas.
R : untuk bertanggung jawab terhadap kesehatan sendiri, pasien perlu memahami penyebab khusus, pengobatan dan efek jangka panjang yang diharapkan dari kondisi inflamasi, sesuai dengan tanda/gejala yang menunjukan kekambuhan/komplikasi.
o Anjurkan pasien/orang terdekat tentang dosis, tujuan dan efek samping obat; kebutuhan diet ; pertimbangan khusus ; aktivitas yang diijinkan/dibatasi.
R : informasi perlu untuk meningkatkan perawatan diri, peningkatan keterlibatan pada program terapeutik, mencegah komplikasi.
o Kaji ulang perlunya antibiotic jangka panjang/terapy antimicrobial.
R : perawatan di rumah sakit lama/pemberian antibiotic IV/antimicrobial perlu
sampai kultur darah negative/hasil darah lain menunjukkan tak ada infeksi.
(Doenges,2000)

N. Evaluasi
Evaluasi adalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf keberhasilan dalam pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk memodifikasi tujuan atau intervensi keperawatan ditetapkan (Brooker, 2001).
Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan myocarditis (Doenges, 1999) adalah :
1. Nyeri hilang atau terkontrol
2. Pasien memiliki cukup energi untuk beraktivitas.
3. Mengidentifikasi perilaku untuk menurunkan beban kerja jantung.
4. Menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan regimen pengobatan.









ASUHAN KEPERAWATAN Ny.E DENGAN PENYAKIT MYOCARDITIS DI RUANG ANGGREK RUMAH SAKIT Y

Tanggal : 13 Oktober 2010 Pukul : 08.00 Oleh : Perawat X

A. PENGKAJIAN
1. IDENTITAS
a. Pasien
Nama : Ny. E
Jenis Kelamin : Wanita
Umur : 36 tahun
Status Perkawinan : Kawin
Alamat : Bantul
Tanggal MRS : 13 Oktober 2010
Diagnosa Medis : Myocarditis
b. Keluarga ( penanggungjawab)
Nama : Tn. B
Hubungan : Suami
Umur : 40 Tahun
Alamat : Bantul
2. RIWAYAT KESEHATAN
a. Keluhan Utama : Klien merasakan kelelahan dan terasa sesak napas, disertai jantung berdebar-debar.
b. Keluhan tambahan : Klien mengatakan terasa tidak nyaman di dada dan perut kuadran atas.
c. Alasan utama masuk rumah sakit :
d. Riwayat Penyakit Sekarang : Klien masuk ke rumah sakit Y tanggal 13 Oktober 2010 dengan keluhan merasakan kelelahan, sesak napas, dan jantung berdebar-debar. Selain itu klien juga merasakan tidak nyaman pada dada dan perut kuadran atas. Klien juga mengeluh demam, saat diukur vital sign : suhu per axillar : 37,90 C, TD : 110/70 mmHg, nadi : 110 x/menit, teratur, pernapasan : 25x/menit. Perawat melakukan pemeriksaan Thorax dan hasil auskultasi dada di dapatkan suara tambahan : friction rub dan adanya irama gallop. Ny. E dilakukan pemeriksaan laboratorium dengan hasil : nilai LED : 35 mm/jam dan nilai leukosit 25 ribu/ul
e. Riwayat Kesehatan Yang Lalu : pada tahu 2008 Ny. E pernah melakukan test alergi dan hasilnya positif terjadi reaksi hipersensitivitas. Klien juga sering menderita influensa.
f. Riwayat Kesehatan Keluarga






Keterangan:

: Pasien

: Laki-laki

: Perempuan

: Keluarga satu rumah
3. POLA AKTIVITAS SEHARI-HARI
a. Pola Tidur / Istirahat
Sebelum Sakit : mudah lelah saat beraktivitas
Tidur siang : -
Tidur malam : 5-6 jam/ hari
Kebiasaan pengantar tidur : membaca.
Saat Sakit : Tidur siang : -
Tidur malam : 2-3 jam/ hari
b. Pola Eliminasi
Sebelum Sakit
BAB
Frekuensi : 1x sehari
Waktu : pagi hari
Warna : kuning kecoklatan
Konsistensi : lembek
BAK
Frekuensi : 5-6 x sehari
Jumlah : 600cc/hari
Warna : kuning keruh
Bau : -
Saat Sakit
BAB
Frekuensi : 3 x sehari
Waktu : tidak tentu
Warna : coklat kehitaman
Konsistensi : encer
BAK
Frekuensi : 2-3 x / hari
Jumlah : 450-500 cc/ hari
Warna : pekat gelap
Bau : -
4. PEMERIKSAAN FISIK
a. TB : 157 cm
b. BB : 50 kg
c. Tanda-tanda Vital
- TD : 110/70 mmHg
- Suhu : 37,90C
- Nadi : 110 x /menit
- RR : 25 x /menit

d. Pemeriksaan Thorax dan Dada
- Inspeksi
warna kulit : sawo matang
konfigurasi : 2:1
lesi : -
- Palpasi
Nyeri : + di bagian kiri
Masa : -
- Perkusi
Batas jantung kiri : lineal sternalis dextra
Batas jantung kanan : medial klavikularis sinistra
Batas jantung atas : ICS 2
Batas jantung bawah : ICS 6
- Auskultasi
Suara jantung : friction rub dan irama gallop


5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Laboratorium
Leukosit : 25 ribu/ UL
LED : 35 mm/jam


B. ANALISA DATA
No. Data Penunjang Masalah Kemungkinan Penyebab
1.
DO: - Demam
- 37,90C
DS: pasien mengatakan tidak nyaman di dada dan perut kuadran atas
Nyeri akut




inflamasi myocardium





2. DO : - TD: 110/70 mmHg, Nadi: 110 x /menit, RR: 25 x /menit


DS : klien merasakan kelelahan dan terasa sesak napas Intoleransi aktivitas Inflamasi dan degenerasi sel-sel myocard
3. DO : - TD: 110/70 mmHg, Nadi: 110 x /menit, RR: 25 x /menit
DS : klien merasakan kelelahan dan terasa sesak napas Risiko penurunan curah jantung Degenerasi otot jantung

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri berhubungan dengan inflamasi miokardium, ditandai oleh :
DS :
Klien mengatakan terasa tidak nyaman didada dan perut kuadran atas
DO :
- Demam
- Suhu : 37,90 per aksila

2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan inflamasi dan degenerasi sel-sel miokard, ditandai oleh :
DS :
Pasien mengatakan merasa kelelahan dan sesak nafas
DO :
- TD : 110/70 mmHg
- Nadi : 110x/mnt
- RR : 25x/mnt

3. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan degenerasi otot jantung, ditandai oleh :
DS :
Pasien mengatakan merasa kelelahan dan sesak nafas, disertai jantung terasa berdebar-debar
DO :
- TD : 110/70 mmHg
- Nadi : 110x/mnt
- RR : 25x/mnt

4. Kurang pengetahuan tentang kondisi / pengobatan berhubungan dengan kurang informasi tentang proses penyakit, ditandai oleh :
DS : -
DO : -




DAFTAR PUSTAKA
Boedihartono. 1994. Proses Keperawatan di Rumah Sakit. Jakarta.
Brooker, Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan.Ed.31. EGC : Jakarta.
DEPKES. 1993. Proses Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler. EGC : Jakarta.
Doenges, E. Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Ed. 3. EGC : Jakarta.
Dorland, W. A. Newman. 2002. Kamus Kedokteran. EGC : Jakarta.
FKUI. 1996. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.Jilid 1.Ed.3. FKUI : Jakarta.
Griffith. 1994. Buku Pintar Kesehatan. Arcan : Jakarta.
Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam, Editor : Aru W.Sudoyo.Ilmu Penyakit Dalam.InternalPublishing : Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar